Selasa, 9 Agustus 2011 jam 14:34
Seringkali saat bersama mereka, aku tak mengingat Mu Ya ALLAH..
Padahal seharusnya, sahabat yang baik adalah saat bersama mereka, aku juga merasa bersama Mu..
Dekat dengan Mu..
Dan merasa di awasi oleh Mu..
Tapi mengapa tidak Ya ALLAH??
Apa kah ini salah satu indikasi aku harus meninggalkan mereka?
Secara perlahan dan PASTI?
Sepertinya aku sedang mengalami krisis persahabatan..
Terlalu banyak kekecewaan, yang karena aku tau, aku sadar, aku tlah memiliki harapan besar pada mereka..
Ya mungkin itu jawabannya.. Kekecewaan..
Sudah lama aku bersahabat.. Tapi untuk yang satu ini aku seperti tak mampu mempertahankannya..
Kecuali.. Dengan ketidakterusterangan yang selalu ada..
Kecuali.. Dengan kepurapuraan kami..
Kecuali.. Bahkan dengan kebohongan yang mungkin ada..
Aku tau itu Ya ALLAH..
Aku sadari itu..
Namun aku tak mampu..
Tak mampu berterusterang..
Tak mampu tak berpurapura..
Karena, sepertinya kami sudah nyaman akan hal ini..
Nyaman atas ketidakterusterangan kami..
Nyaman atas kepurapuraan kami..
Dan aku sendiri.. Terkadang tak mampu mengendalikan suudzon yang pernah muncul..
Terkadang tak ingin mendengarkan penjelasan yang sebenarnya..
Karena seperti yang sudah ku katakan, aku NYAMAN dengan semua ketidakterusterangan ini..
Seringkali kami berterusterang..
Tapi tak pernah tuntas..
Masih ada yang terganjal..
Masih ada yang tak terbahas..
Hanya karena satu hal..
Hanya karena akan ada kebencian satu sama lain jika terbahas..
Dan aku (mungkin kami) tak NYAMAN dengan keadaan itu..
Tapi apakah bersahabat itu hanya cukup dengan keNYAMANan saja?
Cukup dengan itu kah?
Lalu bagaimana dengan rasa saling percaya, saling terbuka, saling menghargai, saling pengertian??
Bagaimana dengan rasa-rasa itu? Diabaikan kah?
Atau mungkin karena aku bersahabat dengan perempuan?
Yang lebih mementingkan perasaan daripada logikanya?
Sehingga lebih baik tak berterusterang dari pada melukai perasaan masing-masing?
Hmm.. SULIT aku menghadapinya..
Dan ini juga adalah tanda aku tak berterusterang..
Karena aku menulisnya disini..
Tak mengatakan pada mereka..
Pengecut kah namanya ini? Ya.. mungkin saja..
Keberanian ku akan PUDAR jika sudah bersama mereka..
Keberanian mengatakan pendapat, kritik bahkan hanya sekedar saran membangun..
Ntah lah..
Banyak orang yang menganggap ku sahabatnya..
Tapi tak cukup bagi ku alasan untuk menjadikan mereka sahabat ku..
Mungkin karena aku (terlalu) banyak mau nya..
(Terlalu) Tinggi standar untuk menjadikan seseorang menjadi sahabat ku..
Tapi ah.. Tidak juga..
Aku hanya ingin yang benar-benar mengerti aku..
Yang bisa n mampu berkata 'gw ada bwt lu walau tak disamping lu'.. (pake aplikasi tentunya)
Yang bisa bilang 'kalo mw curhat telpon aja'..
Yang bisa ngomong 'kalo ada apa-apa bilang ma gw'..
Yang jika aku bersamanya, aku ingat pada ALLAH..
Hanya itu.. Tapi kenyataannya.. Hanya beberapa orang yang mampu berkata n mengaplikasikannya..
Itu pun jauh..
Terkadang aku perlu meminjam bahunya untuk menangis..
Berada dalam pelukannya saat senang dan sedih..
Hmm..
BERSYUKUR.. mungkin itu jawaban akhirnya..
Dan akankah bertahan dengan ketidakterusterangan ini?
Kita tunggu saja.. Mungkin waktu bisa membantu menjawabnya..
Mungkin suatu saat kelak, aku bisa menemukan yang terbaik..
Amiiiiien..
Teruntuk sahabat ku nun dekat disini..
Sadarkah kalian kalau kita terlalu banyak ketidakterusterangan?
Terlalu banyak kepurapuraan?
Hmm..
Sesungguhnya aku sudah lelah..
Namun tak cukup alasan bagi ku untuk mengatakannya..
Padahal seharusnya, sahabat yang baik adalah saat bersama mereka, aku juga merasa bersama Mu..
Dekat dengan Mu..
Dan merasa di awasi oleh Mu..
Tapi mengapa tidak Ya ALLAH??
Apa kah ini salah satu indikasi aku harus meninggalkan mereka?
Secara perlahan dan PASTI?
Sepertinya aku sedang mengalami krisis persahabatan..
Terlalu banyak kekecewaan, yang karena aku tau, aku sadar, aku tlah memiliki harapan besar pada mereka..
Ya mungkin itu jawabannya.. Kekecewaan..
Sudah lama aku bersahabat.. Tapi untuk yang satu ini aku seperti tak mampu mempertahankannya..
Kecuali.. Dengan ketidakterusterangan yang selalu ada..
Kecuali.. Dengan kepurapuraan kami..
Kecuali.. Bahkan dengan kebohongan yang mungkin ada..
Aku tau itu Ya ALLAH..
Aku sadari itu..
Namun aku tak mampu..
Tak mampu berterusterang..
Tak mampu tak berpurapura..
Karena, sepertinya kami sudah nyaman akan hal ini..
Nyaman atas ketidakterusterangan kami..
Nyaman atas kepurapuraan kami..
Dan aku sendiri.. Terkadang tak mampu mengendalikan suudzon yang pernah muncul..
Terkadang tak ingin mendengarkan penjelasan yang sebenarnya..
Karena seperti yang sudah ku katakan, aku NYAMAN dengan semua ketidakterusterangan ini..
Seringkali kami berterusterang..
Tapi tak pernah tuntas..
Masih ada yang terganjal..
Masih ada yang tak terbahas..
Hanya karena satu hal..
Hanya karena akan ada kebencian satu sama lain jika terbahas..
Dan aku (mungkin kami) tak NYAMAN dengan keadaan itu..
Tapi apakah bersahabat itu hanya cukup dengan keNYAMANan saja?
Cukup dengan itu kah?
Lalu bagaimana dengan rasa saling percaya, saling terbuka, saling menghargai, saling pengertian??
Bagaimana dengan rasa-rasa itu? Diabaikan kah?
Atau mungkin karena aku bersahabat dengan perempuan?
Yang lebih mementingkan perasaan daripada logikanya?
Sehingga lebih baik tak berterusterang dari pada melukai perasaan masing-masing?
Hmm.. SULIT aku menghadapinya..
Dan ini juga adalah tanda aku tak berterusterang..
Karena aku menulisnya disini..
Tak mengatakan pada mereka..
Pengecut kah namanya ini? Ya.. mungkin saja..
Keberanian ku akan PUDAR jika sudah bersama mereka..
Keberanian mengatakan pendapat, kritik bahkan hanya sekedar saran membangun..
Ntah lah..
Banyak orang yang menganggap ku sahabatnya..
Tapi tak cukup bagi ku alasan untuk menjadikan mereka sahabat ku..
Mungkin karena aku (terlalu) banyak mau nya..
(Terlalu) Tinggi standar untuk menjadikan seseorang menjadi sahabat ku..
Tapi ah.. Tidak juga..
Aku hanya ingin yang benar-benar mengerti aku..
Yang bisa n mampu berkata 'gw ada bwt lu walau tak disamping lu'.. (pake aplikasi tentunya)
Yang bisa bilang 'kalo mw curhat telpon aja'..
Yang bisa ngomong 'kalo ada apa-apa bilang ma gw'..
Yang jika aku bersamanya, aku ingat pada ALLAH..
Hanya itu.. Tapi kenyataannya.. Hanya beberapa orang yang mampu berkata n mengaplikasikannya..
Itu pun jauh..
Terkadang aku perlu meminjam bahunya untuk menangis..
Berada dalam pelukannya saat senang dan sedih..
Hmm..
BERSYUKUR.. mungkin itu jawaban akhirnya..
Dan akankah bertahan dengan ketidakterusterangan ini?
Kita tunggu saja.. Mungkin waktu bisa membantu menjawabnya..
Mungkin suatu saat kelak, aku bisa menemukan yang terbaik..
Amiiiiien..

Teruntuk sahabat ku nun dekat disini..
Sadarkah kalian kalau kita terlalu banyak ketidakterusterangan?
Terlalu banyak kepurapuraan?
Hmm..
Sesungguhnya aku sudah lelah..
Namun tak cukup alasan bagi ku untuk mengatakannya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar